Kebaikan Bisa darimana Saja
Kau Ambil
Ini bukan resensi, sekedar
cerita.
Hari itu, sabtu 06
Desember 2015
Gue pengen banget liburan,
ya liburan...
Sekedar melepas penat
setelah beberapa hari harus bergelut dengan skripsi gue yang tak kunjung kelar,
karena ditinggal dosen pembimbing gue ke Jerman (eh tapi sebenernya karena
guenya juga sih yang males) okeh tak usah dibahas lah masalah yang ini...
Langsung saja, Jadi ceritanya
gini,,,
Hari sabtu itu gue
putuskan pergi ke blok M square, ya kalian semua tau lah tempat itu. Tujuan gue
Cuma melepas penat, tapi bagaimanapun karena gue lagi ngejar wisuda, lagi
liburanpun gue keingetan skripsi. Otomatis pas gue di blok M pikiran gue
langsung tertuju pada buku, karena menurut gue skripsi = buku, jadi gue harus
beli buku.
Ya mau bagaimana lagi gue
sekarang tingkat 11 coy, tingkat 11!!! udah kayak anak sd 6 tahun kuliah...
Gue beli tuh dua buku
referensi skirpsi, tentang akhlak dan tentang pendidikan modern, ditambah 2
novel untuk sekedar iseng. Diteruskan dengan makan-makan dan maen game yang
menurut gue lumayan menyenangkan, uno.
Tak disangka dari novel
yang gue beli, gue terisak nangis coy setelah
gue baca. Setelah gue baca loh ya bukan ketika gue baca. (pasti lu pada nanya,
emang kenapa? Ya kan? Oke gue jelasin....
Gue beli dua novel berbeda yang penulisnya sama, Fahd
Djibran (yang tak sempurna & menatap punggung Muhammad) sebelumnya gue juga
udah baca novelnya mas Fahd yang judulnya hidup berawal dari mimpi. Novel lama
sih, tapi Yak... Kebetulan gue lagi keingetan aja sama novelnya mas fahd yang
pertama kali gue baca “hidup berawal dari mimpi”, pas ditoko buku terpampang
ada novel penulisnya fahd gue iseng aja beli 2 buku, karena harganya murah sih... hehe
maklum ini novel udah agak lama.
Gue baca novel menatap punggung Muhammad,
Pada cover depan akan kita lihat kata-kata dari Mantan rektor, sekaligus guru besar filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin
Hidayat.
“Novel
ini mengajak kita merenung, menyibak tirai pikiran dan emosi negatif yang menutupi
sumber cahaya ilahi, baik yang ada didalam diri maupun di alam semesta.”
Pada cover belakang kita akan
jumpai sinopsis
“Apapun agamamu, kebaikan tak
mungkin kau tolak!
Dalam kisah ini, tokoh aku
adalah seorang non-Muslim yang melakukan “pencarian”, setelah ia bermimpi
bertemu dengan Muhammad Sang Nabi. Sebuah mimpi yang menyentakkan kesadarannya,
sebab pada mimpi itu Muhammad berpesan padanya tentang kebaikan. Sesuatu yang
ia tahu tak mungkin ia tolak__ siapapun yang mengatakannya. Mulanya ia berusaha
menolak mimpi itu. Tetapi, semaki ia tolak, bayangan Muhammad semakin melekat
dalam ingatannya.
Entah bagaimana mimpi ini
terus-menerus membuat gelisah. Ada semacam getar spiritual yang ia rasakan
dalam hatinya; ia sama sekali merasa tak pantas menerimanya., sementara sosok
Muhammad begitu memesonanya. Bila mimpi bertemu adalah mimpi yang suci bagi
mereka yang Muslim, batinnya, mengapa mesti aku yang mendapatkannya? Sampai
saatnya, ia memutuskan sebuah pencarian__ menemukan Muhammad.
Menatap punggung Muhammad
sesungguhnya adalah sebuah surat panjang yang ditulis seorang lelaki kepada
kekasihnya. Surat tersebut menceritakan kisah pencarian si lelaki dalam
memecahkan makna pesan yang iad dapatkan dalam seuah mimpi bersama Muhammad Sang
Nabi. Dalam perjalannya, ia menemukan banyak hal yang luar biasa dari Muhammad.
Fahd Djibran mendapatkan surat itu dari sahabatnya, ia kekasih, kemudian
menceritakan kembali novel itu pada novel ini. Buku ini akan memberikan cara
pandang baru bagi pembaca, yang Muslim maupun yang Non-Muslim, mengenai sosok
Muhammad__ baik sebagai seorang manusia maupun sebagai seorang Nabi.
Ada part-part pada novel ini
yang membuat gue terkagum-kagum, ada juga part yang membuat gue sedih dan ada
juga part yang membuat gue tersenyum. Pada akhir novel ini ditutup dengan puisi
yang membuat gue menangis terisak, betapa malunya gue sama Yang Mulia
Rasulullah Saw,
Berikut puisi itu :
Aku Ingin Tahu
Bila Nabi Muhammad., datang
mengunjungimu, barang sehari atau dua hari.Bila tiba-tiba Rasulullah kita itu
datang tak diangka-sangka, aku ingin tahu apa yang akan kalian lakukan?
Apakah kau akan menyediakan
ruanganmu yang terbaik, bagi tamumu yang terhormat itu, Muhammad Rasulullah
saw., dan kau myakinkannya bahwa kau sangat-sangat senang dikunjungi olehnya. Melayaninya
adalah kebahagiaan yang luar biasa.
Dan apabila tiba-tiba
Rasulullah mengetuk pintu rumahmu, menyapa “Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh,” apakah engkau akan menjawab dengan, “Hei Rasul! Selamat malam
Rasul! Duduk Rasul! Apakabar?” atau yang pertama kali kau katakan padanya__
baginda yang mulia itu adalah, “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,”
dengan suara termerdumu bagi tamumu yang agung nan surgawi itu.
Ini bila, bila Rasulullah
saw. Yang agung itu, pujaan kita datang kerumahmu, apakah kau akan mengganti
pakaianmu sebelum kau menyilakkan masuk? Atau bagaimana?
Lalu kau menyembunyikan
seluruh majalah dan koran-koran kuningmu sambil mengedepankan Al-Qur’an dengan
terlebih dahulu membersihkannya dari debu dan berketa, “Ya Rasul, Ya Rasul,
Al-Qur’an ya Rasul!” atau bagaimana?
Bila televisi menyala,
majalah-majalah terbuka bagaimana? Apakah kau akan mematikan dan menutupnya?
Bila Rasulullah datang kerumahmu,
mengetuk pintumu bagaimana?
Dan bila kalian sedang
mendengarkan radio dengan musik-musiknya yang begitu indah dan kau dengar
musiknya mengalir, apakah kau akan berkata padanya, “Musik ya Rasul! Rasul mau
berjoget? Enak bukan, ya Rasul?”, atau bagaimana? Rumit.
Bila Rasulullah duduk
bersamamu, bila beliau duduk tepat di sampingmu sementara didepanmu penuh dengan
buku-buku, majalah, koran sementara Al-Qur’an berada paling bawah diantaranya,
apakah kau tiba-tiba akan membereskan buku-buku itu lalu kemudian Al-Qur’an itu
diangkat dan dibersihkan dari debu? Atau bagaimana?
Ini bila Rasulullah
mengunjungimu akankah kau katakan kata-kata lazim yang selalu pedas dan kotor
itu, “Aning. . . Goblok. . . Setan. . . Babi. . . “ akankah kau masih memakai
kata-kata itu?
Bila Rasulullah bermalam
dirumahmu, akankah kau mengalami kesulitan disaat makan? Untuk mengucapkan ras
syukur dengan berkata,”Alhamdulillahirabbil’alamin. . . Subhanallah. . . Astaghfirullahal’adhim.” Atau
bagaimana?
Atau yang lebihmenarik lagi,
mampukah kau bangun subuh dari kebiasaan bangun siang? Akankah kau berkata
kepada Rasulmu, “Baginda Rasul bangun pagi adalah kebiasaanku, ya Rasul. Sebelum
adzan awalpun aku sudah bangun ya Rasul! Aku tak usah dibangunkan mu’azin. Shalat
subuh adalah hobiku, atau bagaimana?
Atau kawan-kawanmu datang
beranting dan bartatto, apakah kau bilang, “Rasul, this is my friend, rasul!
Tatto, ya Rasul, This is tatto! This is anting!” Atau bagaimana?
Bila Rasulullah saw, yang
senantiasa kau panggil dalam shalawatanmu itu tiba-tiba datang mengetuk pintu
rumahmu, duduk bersamamu, bukankah kau harus menjelaskan semuanya? Rumit bukan?
Kau harus menjelaskan semuanya!
Dan apabila Rasulullah
mengajakmu berjalan-jalan di kota, ke Mall, ke restoran, ke toko-toko
seluruhnya. Ke bioskop, ke bar, ke semuanya. Ke tempat disko, dikotamu yang
indah bagaimana?
Apakah kau akan berkata,
ditoko,“ya Rasul, ini pakaian dalam! ini pakaian luar, ya Rasul!
Menarik bukan?
Kalau kau berpikir suatu saat
Rasulullah datang mengunjungimu. Lalu bagaimana bila dua hari itu selesaidan Rasulullah
harus pulang? Apakah kau akan berkata, “Huh bebas! Merdeka!” atau bagaimana?
Kau, kalian, harus
menjelaskannya!
Ataukah kau akan menatap
lekat punggungnya dengan kesedihan luar biasa, bila Rasulullah Saw. Yang kau cintai itu lari, bila tamumu yang
agung nan surgawi itu pulang untuk selama-lamanya, apakah kau akan berkata, “Ya
Rasul salam ‘alaika. . . ya Habib salam ‘alaika.
. . Shalawatullah ‘alaika. . . “Atau bagaimana?
Bila Rasulullah Saw pulang
dari rumahmu, tak berkunjung lagi, akankah kau selalu berkata, “Ya Rasul salam ‘alaika.
. . ya Habib salam ‘alaika. . . Shalawatullah
‘alaika. . . “Atau bagaimana?
Atas nama Allah dan Nabi Agung,
berdzikirlah selalu, bershalawatlah selalu. Rasulullah ada dalam dzikir dan
shalawatanmu.
Begitulah, menurut gue ini
puisi yang menggetarkan jiwa . . .