Rabu, 09 Desember 2015

Materi Tajwid, Hukum Mim Mati atau Mim Sukun

Assalamu'alaikum...
Ketemu lagi nih sama gue...
Salah satu kegiatan sehari-hari gue adalah ngajar. Tapi gue bukan guru disekolah formal. Gue ngajar dari rumah kerumah, dari mushala ke mushala dan dari masjid ke masjid dst. Tapi gue bukan ustadz loh ya.... BUKAN!!
Gue ngajar karena terbatasnya SDM di tempat yang gue tinggali ini, yaaa mau ga mau gue lakuin... tapi bismillah semoga dicatat sebagai amal ibadah buat gue. Karena gue sadar amal baik gue sedikit daripada amal baik gue.
okeeeeh sodarah-sodarah.....
Kebetulan salah satu kemampuan gue dibidang al-qur'an, dan kali ini gue akan sedikit men-share tentang materi tajwid, tentang hukum mim mati atau mim sukun...
Gue ambil referensi dari A. Mas'ud Sjafi'i, pelajaran ilmu tajwid, Bandung : Putra Jaya 1990 dan Syekh Sa'id bin sa'd -An-Nabhani diterjemah oleh Ahmad Muthohar bin Abdurrahman al-Maroqiy, Kitab Syifa'ul Jinan fi Tarjamah Hidayat as-Shibyan
cekidot :)

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#

MATERI KE-3
PELAJARAN TAJWID
HUKUM MIM MATI / MIM SUKUN (مْ )

Setelah kita mempelajari hukum nun mati/ nun sukun dan tanwin, pada pelajaran ke-2 kita akan mempelajari tentang hukum mim mati/ mim sukun ( مْ ). Hukum mim mati/ mim sukun ( مْ ) yang bertemu dengan huruf hijaiyah terbagi menjadi 3, berikut penjelasannya :

1. Ikhfa’ Syafawi ( إخفاء شفوي )
Ikhfa’ syafawi adalah apabila mim sukun bertemu dengan huruf BA ( ب ).
Ikhfa’ bermakna samar, sedangkan syafawi (syafatain) bermakna bibir. Disebut ikhfa’ syafawi karena huruf MIM ( م ) termasuk huruf syafawiyah (huruf yang keluarnya dari bibir).
Cara membaca :
Apabila mim sukun bertemu dengan huruf BA ( ب ) maka suara mim sukunnya harus dibaca samar antara MIM dan BA, ditahan kira-kira satu alif (2 harokat) atau boleh juga satu setengah alif ( 3 harokat) dan seraya mengeluarkan ghunnah (dengung dipangkal hidung). 
Contoh:
اَنْبِئْهُمْ بِاَسْمَائِهِمْ ( البقرة : 23)
وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ ( الكهف : 18)
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( الفيل : 4)
2. Idghom Miimi / Idghom Mutamatsilain ( إدغام ميم \ ادغام متمثلين )
Idghom mimi adalah apabila ada mim sukun ( مْ ) bertemu dengan huruf mim ( م ).
*Kalau idghom mutamatsilain yang akan dibahas nanti pada tempatnya, yaitu mencakup semua huruf hijaiyah yang bertemu dengan huruf hijaiyah yang sama.
Cara membaca :
Suara mim sukun dimasukan kepada mim yang ada sesudahnya dan disertai dengan ghunnah (dengung dipangkal hidung)
Contoh :
فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ( البقرة : 38)
اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ( القريش : 4)
وَامَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ( القريش : 4)
3. Idzhar Syafawi  ( إظهار شفوي )
Idzhar syafawi adalah apabila ada mim mati/ sukun ( مْ ) bertemu dengan semua huruf Hijaiyyah kecuali MIM ( م ) dan BA ( ب ).
Cara membaca :
Suara mim mati dibaca jelas! Tidak mendengung dan tidak ada tekanan.
Contoh :

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ( الفاتحة : 7)
وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ (البقرة : 10)
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ( الكفرون : 3)



kritik dan saran, silahkan komen aja, gue terbuka :) 



Senin, 07 Desember 2015

Kebaikan Bisa darimana Saja Kau Ambil
Ini bukan resensi, sekedar cerita.
Hari itu, sabtu 06 Desember 2015
Gue pengen banget liburan, ya liburan...
Sekedar melepas penat setelah beberapa hari harus bergelut dengan skripsi gue yang tak kunjung kelar, karena ditinggal dosen pembimbing gue ke Jerman (eh tapi sebenernya karena guenya juga sih yang males) okeh tak usah dibahas lah masalah yang ini...
Langsung saja, Jadi ceritanya gini,,,
Hari sabtu itu gue putuskan pergi ke blok M square, ya kalian semua tau lah tempat itu. Tujuan gue Cuma melepas penat, tapi bagaimanapun karena gue lagi ngejar wisuda, lagi liburanpun gue keingetan skripsi. Otomatis pas gue di blok M pikiran gue langsung tertuju pada buku, karena menurut gue skripsi = buku, jadi gue harus beli buku.
Ya mau bagaimana lagi gue sekarang tingkat 11 coy, tingkat 11!!! udah kayak anak sd 6 tahun kuliah...
Gue beli tuh dua buku referensi skirpsi, tentang akhlak dan tentang pendidikan modern, ditambah 2 novel untuk sekedar iseng. Diteruskan dengan makan-makan dan maen game yang menurut gue lumayan menyenangkan, uno.
Tak disangka dari novel yang gue beli, gue terisak nangis  coy setelah gue baca. Setelah gue baca loh ya bukan ketika gue baca. (pasti lu pada nanya, emang kenapa? Ya kan? Oke gue jelasin....
Gue beli dua novel berbeda yang penulisnya sama, Fahd Djibran (yang tak sempurna & menatap punggung Muhammad) sebelumnya gue juga udah baca novelnya mas Fahd yang judulnya hidup berawal dari mimpi. Novel lama sih, tapi Yak... Kebetulan gue lagi keingetan aja sama novelnya mas fahd yang pertama kali gue baca “hidup berawal dari mimpi”, pas ditoko buku terpampang ada novel penulisnya fahd gue iseng aja beli 2 buku, karena harganya murah sih... hehe maklum ini novel udah agak lama.

Gue baca novel menatap punggung Muhammad,
Pada cover depan akan kita lihat kata-kata dari Mantan rektor, sekaligus guru besar filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,  Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.
“Novel ini mengajak kita merenung, menyibak tirai pikiran dan emosi negatif yang menutupi sumber cahaya ilahi, baik yang ada didalam diri maupun di alam semesta.”

Pada cover belakang kita akan jumpai sinopsis
“Apapun agamamu, kebaikan tak mungkin kau tolak!
Dalam kisah ini, tokoh aku adalah seorang non-Muslim yang melakukan “pencarian”, setelah ia bermimpi bertemu dengan Muhammad Sang Nabi. Sebuah mimpi yang menyentakkan kesadarannya, sebab pada mimpi itu Muhammad berpesan padanya tentang kebaikan. Sesuatu yang ia tahu tak mungkin ia tolak__ siapapun yang mengatakannya. Mulanya ia berusaha menolak mimpi itu. Tetapi, semaki ia tolak, bayangan Muhammad semakin melekat dalam ingatannya.

Entah bagaimana mimpi ini terus-menerus membuat gelisah. Ada semacam getar spiritual yang ia rasakan dalam hatinya; ia sama sekali merasa tak pantas menerimanya., sementara sosok Muhammad begitu memesonanya. Bila mimpi bertemu adalah mimpi yang suci bagi mereka yang Muslim, batinnya, mengapa mesti aku yang mendapatkannya? Sampai saatnya, ia memutuskan sebuah pencarian__ menemukan Muhammad.

Menatap punggung Muhammad sesungguhnya adalah sebuah surat panjang yang ditulis seorang lelaki kepada kekasihnya. Surat tersebut menceritakan kisah pencarian si lelaki dalam memecahkan makna pesan yang iad dapatkan dalam seuah mimpi bersama Muhammad Sang Nabi. Dalam perjalannya, ia menemukan banyak hal yang luar biasa dari Muhammad. Fahd Djibran mendapatkan surat itu dari sahabatnya, ia kekasih, kemudian menceritakan kembali novel itu pada novel ini. Buku ini akan memberikan cara pandang baru bagi pembaca, yang Muslim maupun yang Non-Muslim, mengenai sosok Muhammad__ baik sebagai seorang manusia maupun sebagai seorang Nabi.

Ada part-part pada novel ini yang membuat gue terkagum-kagum, ada juga part yang membuat gue sedih dan ada juga part yang membuat gue tersenyum. Pada akhir novel ini ditutup dengan puisi yang membuat gue menangis terisak, betapa malunya gue sama Yang Mulia Rasulullah Saw,
Berikut puisi itu :

Aku Ingin Tahu

Bila Nabi Muhammad., datang mengunjungimu, barang sehari atau dua hari.Bila tiba-tiba Rasulullah kita itu datang tak diangka-sangka, aku ingin tahu apa yang akan kalian lakukan?

Apakah kau akan menyediakan ruanganmu yang terbaik, bagi tamumu yang terhormat itu, Muhammad Rasulullah saw., dan kau myakinkannya bahwa kau sangat-sangat senang dikunjungi olehnya. Melayaninya adalah kebahagiaan yang luar biasa.

Dan apabila tiba-tiba Rasulullah mengetuk pintu rumahmu, menyapa “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” apakah engkau akan menjawab dengan, “Hei Rasul! Selamat malam Rasul! Duduk Rasul! Apakabar?” atau yang pertama kali kau katakan padanya__ baginda yang mulia itu adalah, “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” dengan suara termerdumu bagi tamumu yang agung nan surgawi itu.

Ini bila, bila Rasulullah saw. Yang agung itu, pujaan kita datang kerumahmu, apakah kau akan mengganti pakaianmu sebelum kau menyilakkan masuk? Atau bagaimana?

Lalu kau menyembunyikan seluruh majalah dan koran-koran kuningmu sambil mengedepankan Al-Qur’an dengan terlebih dahulu membersihkannya dari debu dan berketa, “Ya Rasul, Ya Rasul, Al-Qur’an ya Rasul!” atau bagaimana?

Bila televisi menyala, majalah-majalah terbuka bagaimana? Apakah kau akan mematikan dan menutupnya?

Bila Rasulullah datang kerumahmu, mengetuk pintumu bagaimana?

Dan bila kalian sedang mendengarkan radio dengan musik-musiknya yang begitu indah dan kau dengar musiknya mengalir, apakah kau akan berkata padanya, “Musik ya Rasul! Rasul mau berjoget? Enak bukan, ya Rasul?”, atau bagaimana? Rumit.

Bila Rasulullah duduk bersamamu, bila beliau duduk tepat di sampingmu sementara didepanmu penuh dengan buku-buku, majalah, koran sementara Al-Qur’an berada paling bawah diantaranya, apakah kau tiba-tiba akan membereskan buku-buku itu lalu kemudian Al-Qur’an itu diangkat dan dibersihkan dari debu? Atau bagaimana?

Ini bila Rasulullah mengunjungimu akankah kau katakan kata-kata lazim yang selalu pedas dan kotor itu, “Aning. . . Goblok. . . Setan. . . Babi. . . “ akankah kau masih memakai kata-kata itu?

Bila Rasulullah bermalam dirumahmu, akankah kau mengalami kesulitan disaat makan? Untuk mengucapkan ras syukur dengan berkata,”Alhamdulillahirabbil’alamin. .  . Subhanallah. . . Astaghfirullahal’adhim.” Atau bagaimana?

Atau yang lebihmenarik lagi, mampukah kau bangun subuh dari kebiasaan bangun siang? Akankah kau berkata kepada Rasulmu, “Baginda Rasul bangun pagi adalah kebiasaanku, ya Rasul. Sebelum adzan awalpun aku sudah bangun ya Rasul! Aku tak usah dibangunkan mu’azin. Shalat subuh adalah hobiku, atau bagaimana?

Atau kawan-kawanmu datang beranting dan bartatto, apakah kau bilang, “Rasul, this is my friend, rasul! Tatto, ya Rasul, This is tatto! This is anting!” Atau bagaimana?  

Bila Rasulullah saw, yang senantiasa kau panggil dalam shalawatanmu itu tiba-tiba datang mengetuk pintu rumahmu, duduk bersamamu, bukankah kau harus menjelaskan semuanya? Rumit bukan? Kau harus menjelaskan semuanya!

Dan apabila Rasulullah mengajakmu berjalan-jalan di kota, ke Mall, ke restoran, ke toko-toko seluruhnya. Ke bioskop, ke bar, ke semuanya. Ke tempat disko, dikotamu yang indah bagaimana?

Apakah kau akan berkata, ditoko,“ya Rasul, ini pakaian dalam! ini pakaian luar, ya Rasul!

Menarik bukan?

Kalau kau berpikir suatu saat Rasulullah datang mengunjungimu. Lalu bagaimana bila dua hari itu selesaidan Rasulullah harus pulang? Apakah kau akan berkata, “Huh bebas! Merdeka!” atau bagaimana?

Kau, kalian, harus menjelaskannya!

Ataukah kau akan menatap lekat punggungnya dengan kesedihan luar biasa, bila Rasulullah Saw.  Yang kau cintai itu lari, bila tamumu yang agung nan surgawi itu pulang untuk selama-lamanya, apakah kau akan berkata, “Ya Rasul salam ‘alaika. . .  ya Habib salam ‘alaika. . . Shalawatullah ‘alaika. . . “Atau bagaimana?

Bila Rasulullah Saw pulang dari rumahmu, tak berkunjung lagi, akankah kau selalu berkata, “Ya Rasul salam ‘alaika. . .  ya Habib salam ‘alaika. . . Shalawatullah ‘alaika. . . “Atau bagaimana?

Atas nama Allah dan Nabi Agung, berdzikirlah selalu, bershalawatlah selalu. Rasulullah ada dalam dzikir dan shalawatanmu.


Begitulah, menurut gue ini puisi yang menggetarkan jiwa . . .